Tips Membeli Merpati - Untuk menguji feeling, membeli burung secara online mempunyai keasyikan tersendiri, meskipun ada resiko yang cukup besar karena kita tidak meraba maupun melihat langsung. Kemungkinan resiko salah beli ini harus dipahami dari awal.
Untuk memperkecil resiko ini, ada bebarpa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
1. Penjual
Penjual harus memberikan informasi sejujur dan selengkap mungkin mengenai burung yang dijualnya dan apa bila calon pembeli meminta informasi tambahan harus dijawab. Apabila penjual tidak tau jawabannya, maka harus disampaikan "tidak tahu", jangan ngarang.
2. Calon Pembeli
a. Perlu jelas tujuan membeli burung tersebut, apakah akan dijadikan player, indukan, untulan, babuan, atau untuk keperluan yang lainnya.
Apabila untuk dijadikan player, maka perlu diputuskan akan dimainkan dimana (di lapak atau rumah). Kalau main di lapak, perlu juga diketahui tingkat persaingan dimana burung akan dimainkan.
b. Meminta informasi mengenai cara kerja dan prestasi burung yang akan dibeli. Kalau membeli piyik perlu diketahui trah dan saudara-saudara burung tersebut yang sudah dimainkan.
c. Meminta konfirmasi atau informasi tambahan dari kawan-kawan yang mengetahui kinerja dan asal-usul burung yang akan dibeli untuk melengkapi informasi dari penjual.
d. Apabila membeli burung untuk bibit, perlu diketahui umur, apakah masih produktif, apakah pernah sakit, trah, kinerja anak-anaknya atau saudara-saudaranya, dll.
3. Terms and Conditions
Perlu jelas/disepakati mengenai cara pembayaran dan pengiriman, apakah ada "return policy", (burung dapat dikembalikan jika tidak sesuai dengan yang dijanjikan). Kalau bisa dikembalikan, bagaimana dengan biaya pengiriman kembali, bagaimana seandainya terjadi sesuatu (mati/sakit/hilang) dalam proses pengiriman, dll.
Intinya, karena kita membeli secara tidak langsung, maka perlu informasi selengkap mungkin untuk meminimalisir resiko membeli burung yang tidak sesuai harapan.
Yang paling penting, pembeli harus siap mental kalau burung yang dibeli tidak sesuai harapan atau yang dibayangkan
readmore »»
Untuk memperkecil resiko ini, ada bebarpa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
1. Penjual
Penjual harus memberikan informasi sejujur dan selengkap mungkin mengenai burung yang dijualnya dan apa bila calon pembeli meminta informasi tambahan harus dijawab. Apabila penjual tidak tau jawabannya, maka harus disampaikan "tidak tahu", jangan ngarang.
2. Calon Pembeli
a. Perlu jelas tujuan membeli burung tersebut, apakah akan dijadikan player, indukan, untulan, babuan, atau untuk keperluan yang lainnya.
Apabila untuk dijadikan player, maka perlu diputuskan akan dimainkan dimana (di lapak atau rumah). Kalau main di lapak, perlu juga diketahui tingkat persaingan dimana burung akan dimainkan.
b. Meminta informasi mengenai cara kerja dan prestasi burung yang akan dibeli. Kalau membeli piyik perlu diketahui trah dan saudara-saudara burung tersebut yang sudah dimainkan.
c. Meminta konfirmasi atau informasi tambahan dari kawan-kawan yang mengetahui kinerja dan asal-usul burung yang akan dibeli untuk melengkapi informasi dari penjual.
d. Apabila membeli burung untuk bibit, perlu diketahui umur, apakah masih produktif, apakah pernah sakit, trah, kinerja anak-anaknya atau saudara-saudaranya, dll.
3. Terms and Conditions
Perlu jelas/disepakati mengenai cara pembayaran dan pengiriman, apakah ada "return policy", (burung dapat dikembalikan jika tidak sesuai dengan yang dijanjikan). Kalau bisa dikembalikan, bagaimana dengan biaya pengiriman kembali, bagaimana seandainya terjadi sesuatu (mati/sakit/hilang) dalam proses pengiriman, dll.
Intinya, karena kita membeli secara tidak langsung, maka perlu informasi selengkap mungkin untuk meminimalisir resiko membeli burung yang tidak sesuai harapan.
Yang paling penting, pembeli harus siap mental kalau burung yang dibeli tidak sesuai harapan atau yang dibayangkan