Thursday, April 19, 2012

Menangkap BUrung Pleci di Alam gak Boleh

Kicau Nusantara Mata Puteh
Banyaknya praktik pemikatan burung kecial atau burung kacamata atau pleci di alam tidak berarti memberikan legalisasi teihadap praktik ini, akan tetapi keberadaan mereka adalah salah satu dari mata rantai bisnis hobi burung.

Dalam sehari para pemikat kecial bisa mengumpulkan puluhan ekor burung satu jenis. Seperti dilakukan Umar, pemikat burung kecial dari Desa Mininting Kec. Batu Layar, Lombok Barat. Tingginya pamor kecial di Pulau Lombok memberikan angin segar terhadapnya.


Sarang kecial banyak ditemukan di dahan
Permintaan para pengepul atau pemain terhadap jenis ini juga meningkat. Dalam sepekan dia bisa mengumpulkan puluhan ekor anakan kecial dari kawasan Lombok Barat.

Saat Agrobur mengikutinya ke beberapa titik pemikatan, mekanisme yang dilakukan pria paruh baya ini terbilang tidak mudah. Seorang pemikat burung harus memiliki insting kuat dalam menentukan lokasi pemikatan.

Tidak semua kawasan yang disasar terdapat jenis yang dicari. Dan tidak semua jenis burung dipikat pria yang pernah menelurkan seekor kecial jawara. Hanya anakan dari jenis tertentu saja yang dipikat.

“Untuk saat ini permintaan kecial meningkat, khususnya kecial kuning. Jadi jenis ini yang banyak dicari. Akan tetapi para pemikat sudah dibekali agar yang diambil dari alam hanya anakan saja. lndukannya dibiarkan berbiak kembali di alam agar tidak punah,” ujar Fajar Meninting, seorang pemain sekaligus pengepul kecial kuning.

Kelas tersendiri


Buah burne untuk memikat kecial
Di Lombok, kecial kuning bisa dikategorikan menjadi burung favorit buat para pemain kicauan. Bahkan jenis ini memiliki jadwal lomba tersendiri. Tidak berbaur dengan lomba kicauan pada umumnya seperti di kawasan Pulau Jawa, Kalimantan atau Sumatera.

“Kalau di Lombok ada lomba khusus kecial, pesertanya relatif banyak sehingga permintaan untuk jenis ini saja memang sudah tinggi. Apalagi di Jawa sekarang kelas kacamata naik pamor sehingga permintaan makin meningkat,” lanjutnya.

Kecial kuning tersebar nyaris di seluruh kabupaten di Nusa Tenggara Barat. Antara lain Kabupaten Lombok Barat, Utara, Tengah dan Timur. Ketika Agrobur mencoba menelusuri hutan di kawasan perbatasan antara Lombok Barat dan Utara, seorang pemikat dalam hitungan jam bisa memikat sekitar 10 ekor kecial kuning.

Habitat jenis ini biasa tersebar di kawasan hutan, kebun hingga pantai. Sarang kecial (kecial kuning dari Lombok), biasanya terdapat di ujung-ujung dahan pohon mangga dan nangka. Atau tanaman yang memiliki kerimbunan relatif banyak dan berdahan kuat.

Sarana pemikat


Alat Pemikat Kecial
Seorang pemikat bisa menggunakan beragam cara untuk memuluskan kerja mereka di lokasi pemikatan. Mulai dari menggunakan getah alias pulut atau sangkar pemikat yang sudah didesain khusus untuk jenis ini.

Para pemikat yang sudah dibekali pemahaman dari para pemain tentang menjaga keseimbangan populasi kecial di alam, mereka lebih memilih sangkar pemikat.

Keunggulan dari sangkar pemikat ini adalah tidak semua jenis burung bisa masuk. Karena sudah didesain khusus untuk kecial, baik kecial kuning atau lombok, maka jenis lain terutama yang memiliki postur lebih besar tidak bakal bisa masuk.

Kalau toh ada jenis lain berukuran sama atau Iebih kecil dibanding kecial, biasanya para pemikat melepasnya kembali. “Meski kami dikenal sebagai pemikat di alam, tidak semua anakan burung diambil. Kalau memang mencari kecial, hanya kecial anakan yang diambil. lndukannya kita lepas lagi,’ jelas Habil, seorang pemikat yang dalam sehari bisa mendapat 50 ekor kecial.

Sangkar khusus pemikatan kecial berbentuk bulat lonjong, berukuran sekitar 60 sentimeter. Sangkar dibagi menjadi dua bagian antara atas dan bawah. Bagian atas berguna untuk ruang pemikatan yang di dalamnya diletakkan buah kesenangan kecial. Yakni buah burne/buni, buah berbentuk bulat memiliki rasa asam manis, kalau muda rasanya asam berwarna merah kalau matang rasanya manis dan berwarna hitam. Ciri buah seperti itu, di Jawa dikenal sebagai buah wuni.

Sangkar pikatan ini diletakkan di ujung-ujung dahan pohon yang diyakini menjadi lokasi lalu lintas kecial. Tidak jauh dari sarang tadi juga diletakkan seekor kecial yang sudah gacor dan bertugas untuk memancing kedatangan burung sejenisnya.

Karena sifat alam dari kecial bergerombol, maka semakin banyak gerombolannya di satu titik maka makin berpeluang mendatangkan kecial dalam jumlah banyak.

Maksimal 25 ekor per hari


Umar - Pemikat burung Kecial
“Sebelum ada lombanya, jenis ini tidak banyak diburu para pemikat. Sekarang sudah banyak bermunculan pemikat, sehingga sekarang sehari seorang pemikat tidak bisa mendapat kecial dalam jumlah besar seperti dulu. Maksimal sehari tidak lebih dari 25 ekor bahkan bisa jadi hanya hitungan jari saja,” tutur Habil saat ditemui di salah satu lokasi pemikatan di kawasan perbatasan Lombok Utara dan Barat.

Para pemikat yang sudah berpengalaman juga memiliki kepekaan buat mengendus keberadaan kecial. Mereka pun sulit mendeskripsikan bagaimana cara mereka mengasah kepekaan dalam memburu jenis yang sekarang harganya terus melonjak.

Mereka sudah bisa membedakan kawasan yang aman dan rawan untuk dijadikan lokasi pemikatan.

“Kalau kita sebagai pemikat kan harus peka terhadap berbagai risiko yang bakal terjadi di alam, seperti keberadaan ular atau situasi-situasi yang mungkin di luar natar manusia. Jadi memikat burung di alam tidak sekadar berburu secara membabi buta. Kita juga harus bisa bersahabat dengan alam,” cerita Habil yang pernah mengalami kejadian mistis di satah satu titik pemikatan kawasan Ampenan.

Hasil buruan mereka biasanya disetorkan ke påra pengepul yang sudah mempunyai pasar ke berbagai kota di Indonesia. Kecial-kecial ini juga dipasarkan ke para pedagang burung di Pasar Burung Sindu, Lombok, sebelum dikonsumsi para kecialmania.

“Mengenai harga bakalan tangkapan hutan khususnya di Pasar Sindu sudah mengalami lonjakan. Situasi ini dirasakan ketika kelas kacamata menjadi kelas bergengsi di lomba-lomba Jawa,” papar Devi, pedagang sekaligus pengepul kecial ke berbagai kota di Pulau Jawa.

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Copyright (c) 2010 Info dan Tips Perawatan Burung. Design by WPThemes Expert

Themes By Buy My Themes And TM Web Design.